SETITIK PENGALAMAN ~ SCOUTNEMA

SETITIK PENGALAMAN

Cahaya terik mentari yang panas menyelimuti perjalanan kami menuju bumi perkemahan Wonosalam. Terbesit rasa senang dalam diri ini untuk memulai petualangan yang mungkin menjadi kenangan terindah dalam hidup ini. Perjalanan kami menuju wonosalam cukup memakan waktu dua jam. Sesampainya kami di rumah warga lebih tepatnya, rumah Pak Wagisan. Kami beristirahat sejenak melepas penat sambil menunggu anggota kami yang belum lengkap. Setelah dirasa anggota kami sudah lengkap, kami berangkat menuju bukit, tempat dimana perkemahan akan dilaksanakan. Kami mendaki sambil membawa tas karier yang penuh dengan keperluan kami, cukup menguras tenaga kami. Sesampainya kita diatas bukit, sejenak kami meletakkan tas itu dan duduk sambil memandang lepas pemandangan yang tak pernah kami lihat sebelumnya. Kemudian salah satu dari senior kami, menyuruh kami membangun tenda untuk tempat istirahat kami nanti malam. Kami melaksanakan perintah itu.
“ siap! “ kata kami serempak.
Lalu kami mulai mendirikan tenda kami masing-masing. Kami terbagi menjadi beberapa kelompok yang satu kelompok terdiri dari empat orang. Kami bekerja sama dalam membangun tenda sambil angin terus menerpa wajah kami yang penuh keringat. Kami lakukan ini dengan suka cita dan hasilnya cukup membuat kami bangga. Ya , tenda kami telah berdiri semua. Setelah kami mendirikan tenda, kami menuruni bukit menuju mushola di dekat rumah warga untuk menunaikan ibadah yaitu sholat ashar. Kami sesekali bersenandung dan bergurau di perjalanan sambil melihat pemandangan yang memanjakan mata kami. Beberapa menit kemudian, kami telah sampai di mushola. Kami melakukan ibadah sholat secara berjamaah. Setelah sholat, kami menaiki bukit lagi menuju bumi perkemahan. Sesampainya kami disana, kami membenahi barang bawaan kami dan tenda kami agar lebih rapi dan nyaman. Peluit panjang melengking menandakan kami harus berkumpul tepat didepan orang yang meniup peluit itu. Ada dari salah satu kelompok lain yang datangnya terlambat, maka waktu yang terlambat itu masuk ke dalam hutang kami dan kami harus membayarnya nanti.
“ sekarang, kalian buat jadwal memasak untuk nanti malam, besok pagi, dan besok siang. paham ? ” Tanya salah satu senior kami.
“ siap, paham.” Ucap kami serempak dan lantang.
Kemudian kami berfikir cukup lama dan mendapatkan hasil dari diskusi kami.
“ kelompok 1 putra dengan kelompok 1 dan 2 putri untuk malam nanti, kelompok 2 putra dengan kelompok 3 dan 4 putri untuk besok pagi sedangkan kelompok 3 putra dengan kelompok 5 dan 6 putri untuk besok siang. Apakah semua setuju ? “ Tukas kakak senior kami kelas 11.
“ setuju.” Jawab kami, mengiyakan pendapat tersebut.
Dirasa sudah cukup kami berdiskusi, kami melapor pada panitia acara tentang jadwal yang memasak nanti malam dan besok. Tidak terasa, ternyata diskusi kami tadi memakan waktu. Adzan magrib yang dikumandangkan warga menggema  dan memecah kesunyian malam diantara pohon-pohon yang rindang dan suara jangkrik yang mulai bersahutan. Kami diberi waktu untuk sholat magrib namun tidak di mushola, akan tetapi kami akan melaksanakan sholat magrib dengan mengelar matras kami untuk tidur sebagai alas kami untuk sholat. Setelah sholat dilanjutkan dengan kultum yang diberikan oleh salah satu senior dari kelas 11. Beberapa menit kemudian kultum telah selesai, kami diberi waktu untuk membaca al-qur’an sampai menjelang sholat isya’. Kami pun mulai mengumandangkan ayat-ayat suci al-qur’an dengan bersamaan di bawah terangnya rembulan sebagai salah satu sumber pencahayaan kami dan bintang yang bergemerlapan di langit yang hitam.
Setelah membaca al-qur’an tiba saatnya kami melakukan sholat isya’. Kami melakukan sholat isya’ secara bersamaan, sama seperti sholat magrib. Selesai kami melaksanakan sholat, kami membersihkan area sholat kami dan kembali ke tenda masing-masing. Baru kami masuk, peluit terdengar kembali. Maka kami berkumpul kembali dengan barisan yang lurus dan rapi namun tetap mengunakan metode satuan terpisah yaitu memisahkan barisan putri dan putra. Kemudian disitu kami membentuk lingkaran besar mengitari tumpukan kayu yang akan dibakar atau istilahnya api unggun.
“ melingkar dan tidak ada yang saling membelakangi “ tukas salah satu panitia.
Kami disitu diisi oleh pemateri-pemateri yang dating dari jauh hanya untuk memberikan ilmu mereka kepada kami. Kami pun sangat senang atas perhatian dan kunjungan mereka diisini selain menambah teman juga dapat menambah wawasan. Pemateri itu membahas tentang tata cara packing dengan tas karier dan juga ada pemateri yang membahas tentang survive atau bertahan hidup.
“ survivel adalah seni bertahan hidup pada saat keadaan  yang tidak memungkinkan.” Ucap pemateri tersebut.
Satu persatu dari kami mulai bertanya tentang kata-kata yang asing kami dengar. Tidak terasa ternyata materi tadi memkan waktu yang cukup lama dan satu per satu ada yang tertidur namun sekilas dan bangun lagi. Setelah selesai materi, kami melakukan sholat malam di mushola. Jadi, kami harus turun lagi dari bukit untuk sampai di mushola. Beberapa menit kemudian kami telah sampai di mushola.
“ silahkan kalian sholat malam bagi yang tadi sudah tertidur sekilas. “ ucap salah satu panitia yang mengantar kami ke mushola.
“ siap. “ jawab kami serempak.
Setelah itu kami melakukan sholat malam di mushola secara berjamaah. Selesai sholat kami kembali menaiki bukit untuk kembali ke bumi perkemahan. Sesampainya kami disana, kami di suruh untuk tidur, mengisi tenaga kami untuk kegiatan besok. Akan tetapi kami harus siap sedia apabila peluit berbunyi.
“ kalian boleh tidur sekarang, akan tetapi ketika peluit berbunyi maka kalian harus berbaris dengan rapi. Mengerti ? “ Tanya salah satu panitia di depan kami.
“ siap. Mengerti.” Jawab kami.
“ sekarang waktunya tidur” tukas salah satu panitia.
“ siap “ jawab kami lagi.
Akhirnya kami tidur untuk mengisi tenaga kami. Kami tidur diiring suara sahutan jangkrik dan di dalam tenda kita harus berbagi tempat dengan teman satu kelompok. Sungguh tercipta rasa kebersamaan yang kuat diantara kami. Itulah cara kami menjalin hubungan kebersamaan antar anggota pramuka. Baru beberapa jam kami tidur, tepatnya jam 3 dini hari. Peluit panjang berbunyi membangun kami dari tidur dan mimpi kami. Kami bangun dengan tergesa-gesa dan baris di  depan orang yang meniup peluit.
“ kalian saya bangunkan untuk memenuhi tugas. Tugas kalian mencari kompas dan tanda jabatan yang sudah kita taruh di semak-semak. Pertama kalian cari kompas dulu disana . “ ucap salah satu panitia sambil menunjuk tempat kompas disembunyikan.
“ siap “ jawab kami.
Lalu kami mencari kompas di semak-semak menggunakan senter sebagai pencahayaan. Setelah selesai setiap kelompok mendapatkan kompas, kami melapor pada panitia kami.
“ siap. Kami telah menemukan kompas.” Ucap perwakilan dari kami.
“ kedua. ini ada peta ditangan saya. Saya akan bagikan. Lalu kalian cermati apa yang ada di dalam peta  ini untuk mendapatkan tanda jabatan kalian. “ ucap panitia.
“ siap “ jawab kami.
Setelah itu kami mendapat peta masing-masing kelompok dan mulai mencari di semak-semak. Pertama kami mengukur meggunakan kompas lalu berjalan dan hasilnya masih nihil atau tidak ada. Kami mencoba berkali-kali dan akhirnya satu per satu dari kelompok lain mendapatkan tanda jabatannya. Cukup lama memakan waktu mencari. sirine berbunyi menandakan kalau kami harus berkumpul.
“ apakah semua telah menemukan tanda jabatannya ?” Tanya panitia.
“siap belum.” Jawab kami bersamaaan.
“ saya beri waktu lagi untuk mencari. Kelompok lain yang sudah ketemu, bantu temannya.” Tukas panitia yang membawa sirine.
“ siap “ jawab kami.
Kami membantu satu sama lain agar semua mendapatkan tanda jabatan. Sudah mencari cukup lama, akhirnya semua ketemu. Tepat setelah ditemukan, sirine berbunyi. Kami harus berkumpul.
“ apakah sudah ketemu semua ?” ucap panitia tegas.
“ siap sudah “ jawab kami dengan suara lantang.
Tepat panitia bersuara, terdengar adzan subuh berkumandang.
“ sekarang sudah subuh, silahkan ambil alat sholat dan segera turun ke mushola. “ kata salah satu panitia.
“ siap “ jawab kami lagi dengan suara yang agak pelan menghormati suara adzan.
Segera kami mengambil alat sholat dan turun didampingi dengan beberapa panitia. Setelah sampai kami sholat bersama. Selesai sholat kami naik lagi untuk menuju bumi perkemahan. Sesampainya di bumi perkemahan, kami disuruh membongkar tenda dan memasukkan barang-barang ke dalam tas karier kami. Maka kami lakukan yang diperintahkan. Setelah dirasa cukup bersih tempat yang kami gunakan untuk tidur dan memasak, kami berbaris berbanjar satu-satu menuruni bukit dan meninggalkan bumi perkemahan. Kami berhenti tepat di rumah Pak Wagisan. Disitu kami menitipkan semua barang bawaan kami.
“ kalian cukup membawa minum untuk persediaan air di jalan saat jelajah nanti “ tukas panitia yang memimpin didepan.
“ siap “ jawab kami.
Akhirnya kami hanya membawa air minum dan berjalan menuju tempat untuk jelajah. Sesampainya kami di tempat tersebut kita terus berjalan karena tujuan kami adalah mendaki bukit. Bukit yang terjal dan curam harus kami taklukkan. Ya membutuhkan banyak waktu untuk sampai disana. Sesekali angin membelai lembut hijab yang kami kenakan dan beberapa kali kami meminta istirahat. Beberapa jam kemudian, kami telah sampai diatas bukit dengan disuguhi pemandangan indah nan permai. Dengan dibawah bukit suara gemercik air mengalir dan diatas. awan mulai berkejaran.
“ saat kalian mendaki, kalian akan terasa dekat. Ya, dekat hanya ada kalian dan tuhan. “ tutur Pembina kami.
“ kalian rasakan pemandangan Indonesia tercinta ini. Ini surga kita yang tak pernah habis dimakan waktu dan kalian harus menjaganya. Itu sudah menjadi tugas kalian. Sudah terletak di pundak kalian sejak kecil dan tinggal kalian laksanakan tugas itu sekarang sebagai generasi bangsa. “ tambahnya.
Disitu kami merasakan betapa beratnya tugas kami tapi, kami yakin untuk itu kami dilahirkan di tanah tercinta ini. Meneruskan warisan budaya dan kekayaan alam yang melimpah ruah untuk kami lestarikan dan kami olah dengan bijak, sebagaimana para pahlawan menghargai bangsanya dengan segenap nyawa mereka. Diatas bukit ini juga menjadi saksi, kami dilantik menjadi pengurus pramuka periode 2016/2017 di Scoutnema, Pangakalan SMAN MOJOAGUNG. Sambil kami membawa bendera merah putih dan meletakkan hasduk kami tepat di jantung kami, kami mengucapkan sandi ambalan, sebagai simbol kekuatan anak scoutnema. Selesai acara pelantikan dan memanjakan mata kami cukup lama, kami turun untuk kembali lagi ke rumah Pak Wagisan. Berjalan menuruni tebing yang curam dan terjal, sesekali kami besenandung ria dan bersenda gurau.
Beberapa jam kemudian kami sampai di rumah Pak Wagisan. Disitu kami makan siang dan ada yang sholat dhuhur. Selesai makan dan sholat, kami mebersihkan area kami untuk makan agar tetap bersih. Beberapa menit kemudian mobil yang menjemput kami datang. Kami memasukkan semua barang bawaan ke mobil pickup dan kami naik  mobil elep.
Didalam benak kami, tersimpan memori-memori yang berharga dalam hidup kami. Tentang arti persahabatan, kebersamaan, dan semangat di dalam hati kami. Itu yang kami rasakan selama dua hari disana. Bagaimana susahnya mengapai mimpi diatas sana dengan susah payah dan keringat yang membanjiri tubuh kami, namun semua itu digantikan oleh pemandangan yang luar biasa indah didepan mata kami. Nyata bukan mimpi dari bunga tidur. Itulah mendaki sesungguhnya. Kami semua bangga menjadi anak Indonesia, dengan segala kelebihan dan kekurangan Indonesia, akan kami jadikan tolak ukur untuk membangun Indonesia lebih jaya nantinya.
Hanya itu setitik pengalaman yang kami rasakan. Mungkin ini adalah kebodohan saya, hanya dapat setitik pengalaman dari peristiwa ini dan sungguh bermakna dalam hidup kami. Saya bangga menjadi anak Indonesia, semoga nantinya saya dapat melaksanakan tugas saya dan merubah Indonesia menjadi negara yang di terpandang  oleh dunia, bukan sebelah mata akan tetapi dua mata dengan cahaya kekaguman tersirat diwajah mereka yang melihatnya.

Oleh Natasya Zuitshi Shima

PRASWIRA

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Post a Comment

 
biz.