Sampai juga aku diistanaku segera
aku mencuci kaki ini, lalu menaruh tas yang sedari perjalanan ada dipunggungku.
Teringat dalam benakku kemarin pembina kami mewajibkan semua anak Scoutnema
untuk pulang karena harus mempersiapkan diri untuk jalannya acara kemah hari
ini. Tapi aku terlanjur berjanji kepada teman sekelasku untuk merayakan
pergantian tahun bersama. Berat hati ini untuk menepati janji yang sudah aku
katakan karena kesehatanku yang semakin menurun, ya aku terserang flu dan demam
karena kemarin harus berhujan ria untuk kembali kekelas setelah melaksanakan
sholat Isya’. Tapi semua itu tak mengurungkan niatku untuk mengikuti acara
kemah hari ini. “Wes-wes ojo dipikirno, toh kak teguh paling yo ngerti” Ucapku.
Bergegas tangan ini menchecklist
semua kebutuhan serta menatanya dengan rapi kedalam tas yang akan kupakai. Akhirnya
selesai juga, aku meraih handuk lalu mandi. Setelah mandi rasa ngantuk datang
menghampiriku, aku pun tertidur lelap. “Ris tangi jare kate kemah!” aku
mendengar suara wanita yang tak lain lagi adalah malaikat tanpa sayap yang
telah membesarkanku sampai saat ini, yaitu Ibuku. Aku pun bergegas bangun lalu
ku intip jam dinding diruang tv ku. Jam dinding menunjukkan tepat pukul 12.30
siang, aku kembali bergegas mandi lalu melaksanakan sholat dhuhur. Setelah
semua selesai kini aku bersiap memakai baju berwarna kuning kecoklatan dengan
rok berwarna coklat. Entalah badan serta raga ini terasa bangga menggunakan
seragam itu. Setiap saat memakainya pasti ada keringat yang menetes menghujani
tubuhku. Tapi justru itulah yang semakin membuatku merasa indahya berorganisasi
serta menikmati indahnya masa Sekolah Menengah Atas ini. Setelah semua selesai
kuraih tas carier yang ku bawa untuk kemah hari ini. Kuberanikan diri meminta
restu kedua orang tuaku agar diberi kelancaran dalam kegiatan ini. Ku lihat
senyum diwajah kedua orang tuaku yang tandanya mereka memberikan restunya
untukku. Tak lupa aku berpamitan kepada seorang wanita berparas sepertiku, ya
dia kembaranku. Kita lahir dengan selisih 5 menit, walaupun kita lahir dihari
yang sama tapi aku harus memanggilnya dengan sebutan kakak. Ya karena ada adat
jawa yang berbunyi “Anak kembar yang lahir duluan itu adalah adik”. Sebagai
rasa menghargai serta rasa hormatku kepada orang tua akupun menuruti saja bunyi
adat jawa itu.
Ayahku memilih untuk
mengantarkanku ke sekolah dengan mengendarai sebuah sepeda motor. Akupun
meninggalkan istanaku itu dengan perasaan lega karena ibuku tetap merestui aku
pergi walaupun dengan keadaan sakit seperti ini. Dalam perjalanan terasa
hening, ayahku tak berucap sepatah kata apapun bagitu pula aku. Aku merasa
ayahku belum sepenuhnya merestui kepergianku tapi sudahlah toh ini juga sudah
sewajarnya menjadi kewajibanku. Sesampainya disekolah aku kembali meminta restu
ayahku agar hati ini tak merasa khawatir lagi. Ku berdiri dengan membawa tas
carier dipunggungku. Kulangkahkan kaki untuk menemui kumpulan anak yang memakai
kain merah putih dilehernya. Segera ku taruh tas yang amat berat dipunggungku.
Tiba-tiba pembina kami datang lalu berkata “Loh sido ta kemah e?”. Serentak
kami menjawab “Jadi kak!”. Lalu beliau menyuruh kami untuk melepas semua
bendera wosm serta tunas kelapa yang berkibar disekeliling bundaran HI dan
gerbang SMA Negeri Mojoagung. Untuk mempersingkat waktu kami membagi tugas
siapa yang dibundaran HI siapa yang digerbang sebelah kanan siapa yang
digerbang sebelah kiri. Setelah semua selesai pembina kami mengatur untuk
berbaris agar mempersingkat waktu absen, lalu sebagai umat beragama kami memulai
dengan berdoa agar diberikan keselamatan dalam perjalanan.
Segera kami bergegas menaiki elf
sekolah kami, yang ternyata dinaiki oleh semua anak perempuan. Sedangkan anak
laki-laki mengendarai sepeda motor, mementingkan perempuan katanya. Satu
anggota kami belum datang jadi kita harus menunda keberangkatan kami, dia
bernama Olip. Tak lama dia pun datang betapa senangnya hati kami akhirnya dia
datang. Bergegas dia naik disebelah Kak Amal. Kita pun berangkat dengan
bersemangat, disaat perjalanan keadaan semakin ricuh saat Bethari mulai
dijodohkan dengan Kak Zainul. Mulai dari Kak Dita, Kak Khasan, Kak Amal, Kak
Uda, Putri Puspita, Uzik, hingga Olip semua memecahkan rasa hening yang mungkin
akan datang. Apadaya aku hanya bisa tertawa mendengar semua itu. Rasa kegembiraan
itu yang lama tak kurasakan dalam organisasi ini, setidaknya tak hanya rasa tegang
dan serius yang terasa.
Diperjalanan kami disuguhkan
panorama alam yang sangat memukau, sungguh indah memang ciptaanMu. Kami membuka
jendela elf untuk menikmati hembusan angin sejuk yang terus menerpa kulit kami.
Sedari tadi aku menikmati indahnya pemandangan alam dengan hijaunya pepohonan
bak permadani hijau yang menutupi butir-butir tanah. Tempat tujuan kami telah
sampai, segera kami turun dari elf, tak sadar ternyata laki-laki telah sampai
ditempat tujuan mendahului kami. Kami dikumpulkan disuatu pondok berlapiskan
bambu, kami menyebutnya gazebo. Disana Kak Teguh memberikan kami breving
tentang kegiatan apa saja yang akan kami lakukan, dan juga pembagian rapor yang
harus kami isi sebagai bukti kenaikan tingkat. Setelah itu kami dibagi menjadi
4 kelompok, kelompok 1 sampai 3 adalah kelompok perempuan sedangkan kelompok 4
adalah laki-laki. Lalu kami melaksanakan sholat ashar berjamaah. Karena suasana
sudah malam setiap kelompok diantarkan menuju rumah warga untuk homestay
sementara katanya. Kelompok 4 tidur di gazebo, lalu kelompok 1 dan seterusnya.
Kami menyebut rumah warga yang kami tinggali dengan sebutan “kos”. Segera kami
taruh barang-barang yang berat itu diruang yang telah disediakan tuan rumah.
Lalu kami izin untuk melaksanakan sholat maghrib berjamaah kembali di masjid
yang ada dibawah. Setelah sholat maghrib kami kembali ke kos masing-masing
untuk menyantap bekal yang telah kami siapkan dari rumah. Disana aku kembali
menemukan ke korsa an kembali, apabila ada anggota kita yang tidak membawa
bekal yang otomatis tidak makan maka siapa yang membawa makanan harus makan
bersama dengan yang tidak membawa bekal makan. “Apabila satu orang makan maka
semua juga harus makan” mungkin itu sudah sering kita dengar dari sebuah
organisasi. Setelah perut kami telah terisi kami melaksanakan sholat isya
berjamaah, lalu berkumpul digazebo. Digazebo Kak Teguh, pembina kami yang satu
ini selalu bisa meningkatkan semangat kami dengan canda tawa yang memecahkan
rasa tegang serta kantuk. Setelah kegiatan itu pembina kami, memberi tugas
untuk membuat cerita tentang perjalanan kami menuju ketempat tersebut.
Acara telah usai kami
berbondong-bondong menuju ke kos masing-masing untuk istirahat, tapi kami tak
langsung istirahat. Kami memikirkan bagaimana besok makan, makan apa kita?
Untung beberapa dari kami ada yang membawa beras tapi kita bingung nanti
dimasak dimana, jadi kami memutuskan untuk memasak dirumah kos dan makanannya
dimakan saat siang hari nanti diarea bumper. Akhirnya waktunya kami merajut
mimpi. Aku tak bisa tidur dengan Indah, akhirnya kami berdua memutuskan untuk
bercakap-cakap sebentar. “Kak nyamuk e banyak” ucapku. “Iya e kak aku dari tadi
digigitin” kata Indah. “Yaweslah kak dibawa tidur aja” Ucapku. Indah menjawab
“Iyawes kak ayo tidur”. Aku satu atap dengan Kak Iik, Kak Siroh, Indah, Putri
Nabila, Aini, dan juga Dewi. Aku berusaha untuk tertidur dengan suasana heningnya
malam, tapi tetap saja aku tidak bisa tidur. Ku lirik kanan kiriku mereka tertidur
lelap bahkan mungkin sudah menikmati indahnya dunia mimpi. Akhirya aku mencoba
merebahkan tubuhku dan menutup mata berharap bisa tidur agar besok bisa
menjalani kegiatan dengan lancar. Dan akhirnya aku pun tertidur.
Keesokan harinya aku dibangunkan
oleh Indah dan melihat ada yang kurang dari kakak yang bersamaku, Lalu aku
bergegas pergi ke dapur dan mengecek apakah mereka berada disana. Perkiraanku
benar mereka berada disana untuk memasak . “Kak, aku tak sholat subuh dulu ya
nanti gantian yang masaknya”, ucapku. “Iya dek, sampean sholat dulu aja nanti
gantian” jawab Kak Siroh. Aku pun bergegas menuju masjid untuk sholat
berjamaah. Sesampainya disana aku mengambil air wudhu, dinginnya air terasa
menusuk kulitku. Kuberanikan diri dengan air yang dinginnya subhanaallah itu. Aku berwudhu dengan
urutan yang benar tak lupa aku mengucap niatnya. Setelah itu pun aku sholat
bersama Indah dimushola, tapi sayangnya kami telat kakak-kakak lainnya telah
sholat subuh berjamaah. Akhirnya aku dan Indah yang akhirnya sholat subuh munfarid. Sholat subuh pun sudah kulakukan
dengan khusuk bersama Indah dan segera menuju dapur untuk menggantikan Kak
Siroh dan Kan Iik untuk melanjutkan memasaknya. “Kak, aku sudah selesai sholatnya,
kakak biar sholat dulu sini masaknya biar aku dan indah yang melanjutkan”
ucapku menghampiri Kak Siroh dan Kak Iik. “Iya dek, bentar lagi” kata Kak Iik.
“Ya udah terserah, kakak yang goreng nasinya aku yang urusin bergedelnya ya”
ucapku sambil membuat bergedel. Bulat demi bulat bergedel aku buat, tiba-tiba
HT yang ku bawa berbunyi. “Kelompok dua masuk…” Katanya. Lalu sebagai ketua
kelompok aku menjawab “Kelompok dua masuk”. “Ini kelompok tiga kekurangan nasi,
ada nasi disitu? Disini ada banyak tempe” katanya. Lalu kujawab “Iya kak disini
ada nasi, pas kak disini kekurangan lauk”. Ku bertanya kepada Kakak-kakak yang
ada di dapur “Kak gimana kalo kita barter kelompok tiga kita kasih nasi kita
barter dengan tempe?” “Boleh dek” sahut Kak Siroh. Ku raih HT didekatku lalu ku
berkata “Kelompok tiga, kelompok dua mau barter?” Kelompok tiga menjawab
“Boleh”. Tiba-tiba HT berbunyi “Ayo berkumpul sekarang” suara laki-laki yang
taka sing bagiku. Ya dia ketua sanggah putra, Kak Zainul namanya. Lalu kujawab
“Belum siap kak, yang putrid belum makan”. Lalu aku baru menyadari satu hal
dari tadi yang belum mandi tinggal aku dan Kak Siroh. Akhirnya kami memutuskan
untuk mandi dengan secepat kilat. Hehehe, tapi tetap bersih dan wangi kok.
Ternyata di kos kelompok dua ada makan bersama antara kelompok 2 dan 3. Makan
bersama ini sangat hangat terasa, bagaimana tidak sepiring dibuat berdua kebersamaan
ini selalu ingin kurasakan. Setelah perut kami terisi kami bergegas menuju
dapur untuk mencuci piring.
Setelah itu kami bergegas menuju
kebawah, disana kita berbaris bak seorang paskib, walaupun dengan gaya kami
yang tak bisa diam. Kami dikumpulkan untuk jogging bersama ke area Good view.
Dijalan kami sangat bersemangat, tak lama kemudian rasa semangat serta capek
kami terbayar dengan disuguhkan pemandangan bukit yang menjulang tinggi,
pohon-pohon yang rindang, aliran sungai yang jernih, dan tak lupa jurang yang
terjam. Entalah rasanya seperti disurga tapi ini bukan tanah surga, subhanallah seperti ini pun sudah indah
apalagi surgaMu yang kau peruntukkan bagi orang yang beriman. Kami kembali
kearah perkemahan untuk mempersiapkan diri menuju area bumper.
Tiba saatnya kami mempersiapkan
semua peralatan yang akan kami bawa ke area bumper. Kami berpamitan kepada ibu
kos kami, tak lupa kami memberikan hadiah yang bahkan tak ada apa-apanya
dibanding izin yang mereka berikan untuk memakai dapurnya. Kami berpamitan
rasanya masih kemaren kita berasa seperti anak kos. Hehehe. Kami berangkat
menyusuri setapak tanah yang naik dan turun. “Nafas kuda tenaga banteng” kalimat itu terdengar berulang kali. Ya
kalimat itu adalah semboyan untuk kami, entalah rasanya semangat itu mulai ada
didalam diri kami saat seruan semboyan itu terdengar. Diperjalanan kami diberi
waktu beberapa menit untuk istirahat dipos yang sudah disediakan, mungkin ada 2
pos tempat kami beristirahat. Kami melanjutkan perjalanan. Setelah sampai di
area bumper kami diberi suatu tugas yaitu membangun tenda berjarak 20 kaki dari
tenda yang lain dengan waktu 15 menit.
Awesome. Setelah tugas itu selesai kami menikmati indahnya permadani hijau
yang terbentang luas, tingginya pepohonan disana membuat suasana sangat sejuk.
Setelah istirahat kami diberi tugas kembali yaitu revling, awalnya ingin
mencoba karena asik sepertinya. Tapi waktu mencobanya Alhamdulillah butuh keluwesan dan keberanian yang amat besar untuk
melakukannya. Sepertiku awalnya biasa, tapi waktu berada diatas aku takut
terjatuh. “Gapapa dek nggak jatuh kok” Ucap Kak Zainul. “Gak berani mas, aku
takut jatuh” Jawabku. “Gapapa ris ayo tak tunggu wes” Ucap Olip. “Wes dek
gapapa lompat aja talinya dipegangin sama mas andi kok” Kata Kak Zainul.
Setelah mendengar kalimat itu aku melirik kearah Mas Andi ya memang benar
talinya dipegang, tapi rasa gemetar pada kakiku menghentikan langkahku serta
menambah rasa takutku akan terjatuh. Kuberanikan memutar badan dan menurunkan
satu-persatu kakiku akhirnya aku berhasil dan rasanya, aku berhasil mengalahkan
ketakutanku. Yeah. Rasanya ingin aku ucap kata itu dengan sekeras-kerasnya.
Setelah sampai dibawah entalah rasanya ingin naik lagi, tapi tak boleh karena
jika satu naik maka semua juga harus naik. Aku pun mengalihkan pandangan kearah
sungai yang ada tak jauh dari tempat revling. Bergegas aku mengambil air wudhu
sebagai syarat sah sholat asharku. Setelah sholat ashar, aku masih melihat
beberapa dari kami menunggu antrian revling, ya sepertiku tadi ada juga yang
berhenti diatas karena takut ketinggian, tapi ada juga yang kembali karena
takut ketinggian. Hehehe. Rasanya ingin aku berbicara padanya “Hei ayo lawan
rasa takutmu, aku aja bisa masa kamu nggak bisa” batinku.
Perhatian ku terarah kearah
sungai tempat aku mengambil air wudhu, airnya yang jernih serta segar itu
adalah sumber mata air bagi rakyat mendiro. Aku, Olip, Bethari, serta Putri
Nabila bermain air sungai yang segar itu sambil duduk dibebatuan. Bermain
dengan jernihnya air yang mengalir dari sisi bebatuan disana. Well, setelah
semua selesai revling kami berkumpul untuk beres-beres tenda yang sudah kami
bangun. Mungkin kalian bingung tapi ya sebenarnya kami juga bingung, tapi
ternyata kita semua tidak tidur dalam tenda itu. Sebaliknya kita kembali ke
homestay yang kita sebut dengan nama kos itu. “Yaelah kak tiwas maeng pamitan
wes nggak bakalan ngerepotno, ngucapno makasih yoan saiki mbalek” kata-kata itu
membuat kami tertawa bagaimana tidak kami tadi sebelum berangkat sudah pamitan
kepada ibu kos untuk menuju area bumper dan sekarang harus kembali ke kos lagi.
Sebelum kembali ke kos kami makan siang bersama ya walaupun hanya lauk sop yang
berisi potongan dadu kentang tapi jika dimakan bersama dengan tawa bahagia
rasanya tak adil jika aku melewati rasa hangat kebersamaan itu. Mungkin kalian
menganggapnya biasa.
Setelah makan siang selesai, kami
diberi informasi untuk bergegas menuju homestay karena hari mulai malam.
Diperjalanan ada seorang laki-laki berkata “Beri aku sepuluh pemuda maka akan
ku guncang dunia” ternyata kata itu diucapkan oleh Kak Khasan. Lalu Pembina
ketigaku, Kak Andi berkata “Beri aku sepuluh pemuda maka mereka akan selfie
bersama” serentak gelegak tawa terdengar mengisi sunyi nya hutan serta
perjalanan kami menuju homestay. “Tenaga kuda nafas banteng” seruan itu muncul
kembali, itu tandanya kita harus bersemangat tak boleh mengeluh. Kami lanjutkan
perjalanan ini dengan tawa bahagia.
Kami sampai disana digazebo
segera kami meletakkan semua barang-barang kami dengan rapi. Lalu kami
melaksanakan sholat ashar dengan gemericik air hujan yang membasahi kulit
dengan dinginnya udara yang menusuk. Kewajiban telah selesai dilaksanakan kita
berkumpul untuk melanjutkan perjalanan menuju air terjun Coban Selo Lapis.
Awalnya aku dengan Indah membacanya Cogan Telo Lapis, ya biasa efek habis bedah
buku yang disana kami bertemu cogan ituloh penulis buku metamorfosa, Mukhlis
Said. Hehehe. Kata Cogan Telo Lapis terus ada dipikiran kami walaupun kami
pulang nanti. Hahaha. Bergegas kami mengayun langkah kami menuruni anak tangga
yang entah berapa jumlahnya ditemani gemericik air hujan yang membuat semua
anak tangga menjadi licin. Kita harus ekstra hati-hati, ya sebab ada beberapa
dari kami yang telah menerima imbas dari licinnya anak tangga terpeleset dengan
air keruh berwarna coklat yang menjadi hadiah kami jika tidak berhati-hati
dalam melangkah. Kegigihan serta ketakutan kami amat terasa bagaimana tidak
sedaya kami berhati-hati dengan licinnya anak tangga, kami pun juga harus
berhati-hati agar tidak jatuh ke jurang tepat disebelah kami. Tapi semua itu
seakan terbayar sudah dengan terlihatnya air terjun yang Subhanallah indahnya, dingin serta jernih air itu. Setelah
menikmati indahnya air terjun Cogan Telo Lapis eh, Coban Selo Lapis maksudku
kami bergegas kembali menaiki anak tangga yang licin kembali. Ya kali ini
perjuangan semakin berat, tenaga yang dipakai juga semakin besar karena kita
harus menaiki anak tangga, bukan menuruni anak tangga yang kami lakukan
sebelumnya. Perjalanan kami terasa sunyi hingga ada yang selalu bisa memecahkan
heningnya suasana itu, ya dia bernama Putri Puspita. Baru kali ini loh aku
punya temen segokil serta seasik dia, yang selalu bisa merubah suasana menjadi
nyaman dan hangat dengan segala tingkah lakunya.
Homestay telah menunggu, rasanya
malu untuk kembali kesana tapi apa boleh buat. Bagaimana tidak perasaan baru
tadi pagi kami berpamitan kepada ibu kos kami untuk menuju area bumper, dan
meminta maaf jika telah merepotkan beliau. Tapi sekarang kami merepotkan beliau
lagi, ya apadaya jika tidak tidur disana kami tidur dimana?. Kami bergantian
mandi setelah mandi kita diberi waktu sampai sholat maghrib untuk istirahat.
Tak terasa sholat maghrib telah kami kerjakan. Bergegas kami menuju gazebo
untuk melengkapi rapor kami dengan Pak Wagisan serta Kak Devin. Setelah itu
hujan turun dengan deras lebih deras dari hujan sebelumnya. Disana tak ada Kak
Teguh, hanya ada kami, Pak Wagisan, Kak Devin dan Kak Andi. Tiba saatnya kita
makan malam dengan masakan yang telah Kak Uda dan Kak Iik masak. Sebenarnya aku
tak nafsu makan, karena mata ini sudah tak kuat menahan rasa kantuk. Setelah
makan kami mencuci alat makan yang selesai kami gunakan untuk makan. Kami
bergegas menuju kos, sesampainya di kos langsung kurebahkan tubuh ini yang tak
kuat lagi menahan kantuk. Keesokan harinya kami harus bangun pagi-pagi karena
ada upacara penutupan kemah. Selesai mengemasi barang-barang tak lupa kami
berpamitan kembali dengan ibu kos kami. Kami turun kebawah lalu meletakkan tas
kami diatas bongkahan kayu. Kami melaksanakan upacara penutupan lalu informasi
dari Kak Teguh. Selesai sudah upacara itu bergegas kami menuju elf yang sudah
menunggu kami sedari tadi. Kami naik satu persatu hingga semua bangku elf
penuh. Diperjalanan terasa hening mungkin semua sudah lelah dengan kemah hari
ini, atau masih ngantuk semua. Hehehe. Keheningan semakin terasa ketika kulihat
beberapa dari kami tertidur lelap terkena hembusan udara yang rasanya membawa
suasana kantuk yang amat berat. Aku pun juga tertidur sambil menopang magic jar
yang sedari tadi berada diatas tasku. Dikala magic jar itu mau jatuh aku
terbangun dari tidurku, ketata kembali agar posisinya pas. Lalu ku tidur kembali,
lalu terjatuh lagi aku bangun lagi, dan seterusnya hingga aku memilih untuk
bangun dari tidurku. Tak terasa sudah sampai disekolah, satu per satu kami
turun dari elf.
Selesai sudah pengalaman Kemah
Mendiro ini. Aku merasa senang dapat mengikuti kegiatan tersebut. Karena dapat
menikmati indahnya alam yang seperti tanah surga tapi bukan tanah surga.
Bersama semua orang dalam organisasi ini, menurutku jika kemah itu kemah di
surga maka mereka semua adalah malaikat tanpa sayap yang mengisi kebersamaan serta
kehangatan yang terasa teramat berarti dan akan menyesal apabila melewatkan
satu detik saja dari moment itu. Mereka mengajarkan padaku apa itu kepemimpinan,
kebersamaan, kerja sama, ketakutan, keberanian, kesedihan juga kebahagiaan yang
setiap detiknya harus kita lewati dengan senyuman. Intinya aku sayang kalian
semua, disini kita berorganisasi tapi menurutku ini bukan hanya ajang berorganisasi
tapi juga ajang mendapat keluarga baru. Kita semua satu keluarga aku berharap
dimasa depan kita dapat sukses bersama, dan tak akan melupakan Kemah Mendiro
ini. Jangan lupa Cogan Telo Lapis nya juga ya. Hahaha. Ini bagaikan mimpi yang
indah di musim hujan *kan sekarang lagi musim hujan*. Hingga membuatku tak
ingin beranjak bangun dari mimpi itu, tapi kalian menyakinkanku bahwa itu bukan
hanya sebuah mimpi belaka tapi kenyataan yang harus kita jalani bersama
walaupun rasa pahit serta manisnya rintangan yang menghadang.
By Riski Salamah