October 2018 ~ SCOUTNEMA

Bukan tanah surga

               “Tititit…” Suara alarm terdengar jelas di telingaku . Bergegas aku mengaih segenggam hp disebelahku, ku lirik layar hp ku yang menunjukkan pukul 04.30 pagi. Aku pun segera bangkit dari tidurku, setelah kemarin malam merayakan detik-detik pergantian tahun. Tapi aku amat kesal karena kegiatan anak xxxx itu menghambur-hamburkan uang dari jerih keringat orang tuanya,. Bagaimana tidak mereka menyalakan puluhan kembang api yang tak mempunyai tujuan bahkan manfaat untuk alam sekitar. Katanya sekolah adiwiyata kok malah merusak lapisan ozon yang kian menipis, batinku. Tak seperti keluarga keduaku ini, yang sangat mengutamakan lingkungan sekitar. Hehehe. Sudah-sudah jangan terlalu diungkit yang lalu biarkan berlalu. Waktunya untuk melaksanakan kewajbanku yaitu sholat subuh. Setelah sholat subuh aku mengambil sebuah tas dan merapikan semua barang yang berceceran keluar dari tas itu. Selesai itu aku pun segera berpamitan ke teman-temanku, untuk pulang kerumah. Segera kaki ini melangkah untuk pergi ke meja yang berisikan anak OSIS yang menunggu kami check out. Tak sabar aku bergegas pulang untuk menyiapkan barang-barang yang akan aku butuhkan saat kemah nanti. Pasti kalian bertanya-tanya “Loh kemah lagi?” jawabanku adalah “Ya” ada kemah yang harus aku ikuti kembali.

Sampai juga aku diistanaku segera aku mencuci kaki ini, lalu menaruh tas yang sedari perjalanan ada dipunggungku. Teringat dalam benakku kemarin pembina kami mewajibkan semua anak Scoutnema untuk pulang karena harus mempersiapkan diri untuk jalannya acara kemah hari ini. Tapi aku terlanjur berjanji kepada teman sekelasku untuk merayakan pergantian tahun bersama. Berat hati ini untuk menepati janji yang sudah aku katakan karena kesehatanku yang semakin menurun, ya aku terserang flu dan demam karena kemarin harus berhujan ria untuk kembali kekelas setelah melaksanakan sholat Isya’. Tapi semua itu tak mengurungkan niatku untuk mengikuti acara kemah hari ini. “Wes-wes ojo dipikirno, toh kak teguh paling yo ngerti” Ucapku.

Bergegas tangan ini menchecklist semua kebutuhan serta menatanya dengan rapi kedalam tas yang akan kupakai. Akhirnya selesai juga, aku meraih handuk lalu mandi. Setelah mandi rasa ngantuk datang menghampiriku, aku pun tertidur lelap. “Ris tangi jare kate kemah!” aku mendengar suara wanita yang tak lain lagi adalah malaikat tanpa sayap yang telah membesarkanku sampai saat ini, yaitu Ibuku. Aku pun bergegas bangun lalu ku intip jam dinding diruang tv ku. Jam dinding menunjukkan tepat pukul 12.30 siang, aku kembali bergegas mandi lalu melaksanakan sholat dhuhur. Setelah semua selesai kini aku bersiap memakai baju berwarna kuning kecoklatan dengan rok berwarna coklat. Entalah badan serta raga ini terasa bangga menggunakan seragam itu. Setiap saat memakainya pasti ada keringat yang menetes menghujani tubuhku. Tapi justru itulah yang semakin membuatku merasa indahya berorganisasi serta menikmati indahnya masa Sekolah Menengah Atas ini. Setelah semua selesai kuraih tas carier yang ku bawa untuk kemah hari ini. Kuberanikan diri meminta restu kedua orang tuaku agar diberi kelancaran dalam kegiatan ini. Ku lihat senyum diwajah kedua orang tuaku yang tandanya mereka memberikan restunya untukku. Tak lupa aku berpamitan kepada seorang wanita berparas sepertiku, ya dia kembaranku. Kita lahir dengan selisih 5 menit, walaupun kita lahir dihari yang sama tapi aku harus memanggilnya dengan sebutan kakak. Ya karena ada adat jawa yang berbunyi “Anak kembar yang lahir duluan itu adalah adik”. Sebagai rasa menghargai serta rasa hormatku kepada orang tua akupun menuruti saja bunyi adat jawa itu.

Ayahku memilih untuk mengantarkanku ke sekolah dengan mengendarai sebuah sepeda motor. Akupun meninggalkan istanaku itu dengan perasaan lega karena ibuku tetap merestui aku pergi walaupun dengan keadaan sakit seperti ini. Dalam perjalanan terasa hening, ayahku tak berucap sepatah kata apapun bagitu pula aku. Aku merasa ayahku belum sepenuhnya merestui kepergianku tapi sudahlah toh ini juga sudah sewajarnya menjadi kewajibanku. Sesampainya disekolah aku kembali meminta restu ayahku agar hati ini tak merasa khawatir lagi. Ku berdiri dengan membawa tas carier dipunggungku. Kulangkahkan kaki untuk menemui kumpulan anak yang memakai kain merah putih dilehernya. Segera ku taruh tas yang amat berat dipunggungku. Tiba-tiba pembina kami datang lalu berkata “Loh sido ta kemah e?”. Serentak kami menjawab “Jadi kak!”. Lalu beliau menyuruh kami untuk melepas semua bendera wosm serta tunas kelapa yang berkibar disekeliling bundaran HI dan gerbang SMA Negeri Mojoagung. Untuk mempersingkat waktu kami membagi tugas siapa yang dibundaran HI siapa yang digerbang sebelah kanan siapa yang digerbang sebelah kiri. Setelah semua selesai pembina kami mengatur untuk berbaris agar mempersingkat waktu absen, lalu sebagai umat beragama kami memulai dengan berdoa agar diberikan keselamatan dalam perjalanan.

Segera kami bergegas menaiki elf sekolah kami, yang ternyata dinaiki oleh semua anak perempuan. Sedangkan anak laki-laki mengendarai sepeda motor, mementingkan perempuan katanya. Satu anggota kami belum datang jadi kita harus menunda keberangkatan kami, dia bernama Olip. Tak lama dia pun datang betapa senangnya hati kami akhirnya dia datang. Bergegas dia naik disebelah Kak Amal. Kita pun berangkat dengan bersemangat, disaat perjalanan keadaan semakin ricuh saat Bethari mulai dijodohkan dengan Kak Zainul. Mulai dari Kak Dita, Kak Khasan, Kak Amal, Kak Uda, Putri Puspita, Uzik, hingga Olip semua memecahkan rasa hening yang mungkin akan datang. Apadaya aku hanya bisa tertawa mendengar semua itu. Rasa kegembiraan itu yang lama tak kurasakan dalam organisasi ini, setidaknya tak hanya rasa tegang dan serius yang terasa.

Diperjalanan kami disuguhkan panorama alam yang sangat memukau, sungguh indah memang ciptaanMu. Kami membuka jendela elf untuk menikmati hembusan angin sejuk yang terus menerpa kulit kami. Sedari tadi aku menikmati indahnya pemandangan alam dengan hijaunya pepohonan bak permadani hijau yang menutupi butir-butir tanah. Tempat tujuan kami telah sampai, segera kami turun dari elf, tak sadar ternyata laki-laki telah sampai ditempat tujuan mendahului kami. Kami dikumpulkan disuatu pondok berlapiskan bambu, kami menyebutnya gazebo. Disana Kak Teguh memberikan kami breving tentang kegiatan apa saja yang akan kami lakukan, dan juga pembagian rapor yang harus kami isi sebagai bukti kenaikan tingkat. Setelah itu kami dibagi menjadi 4 kelompok, kelompok 1 sampai 3 adalah kelompok perempuan sedangkan kelompok 4 adalah laki-laki. Lalu kami melaksanakan sholat ashar berjamaah. Karena suasana sudah malam setiap kelompok diantarkan menuju rumah warga untuk homestay sementara katanya. Kelompok 4 tidur di gazebo, lalu kelompok 1 dan seterusnya. Kami menyebut rumah warga yang kami tinggali dengan sebutan “kos”. Segera kami taruh barang-barang yang berat itu diruang yang telah disediakan tuan rumah. Lalu kami izin untuk melaksanakan sholat maghrib berjamaah kembali di masjid yang ada dibawah. Setelah sholat maghrib kami kembali ke kos masing-masing untuk menyantap bekal yang telah kami siapkan dari rumah. Disana aku kembali menemukan ke korsa an kembali, apabila ada anggota kita yang tidak membawa bekal yang otomatis tidak makan maka siapa yang membawa makanan harus makan bersama dengan yang tidak membawa bekal makan. “Apabila satu orang makan maka semua juga harus makan” mungkin itu sudah sering kita dengar dari sebuah organisasi. Setelah perut kami telah terisi kami melaksanakan sholat isya berjamaah, lalu berkumpul digazebo. Digazebo Kak Teguh, pembina kami yang satu ini selalu bisa meningkatkan semangat kami dengan canda tawa yang memecahkan rasa tegang serta kantuk. Setelah kegiatan itu pembina kami, memberi tugas untuk membuat cerita tentang perjalanan kami menuju ketempat tersebut.

Acara telah usai kami berbondong-bondong menuju ke kos masing-masing untuk istirahat, tapi kami tak langsung istirahat. Kami memikirkan bagaimana besok makan, makan apa kita? Untung beberapa dari kami ada yang membawa beras tapi kita bingung nanti dimasak dimana, jadi kami memutuskan untuk memasak dirumah kos dan makanannya dimakan saat siang hari nanti diarea bumper. Akhirnya waktunya kami merajut mimpi. Aku tak bisa tidur dengan Indah, akhirnya kami berdua memutuskan untuk bercakap-cakap sebentar. “Kak nyamuk e banyak” ucapku. “Iya e kak aku dari tadi digigitin” kata Indah. “Yaweslah kak dibawa tidur aja” Ucapku. Indah menjawab “Iyawes kak ayo tidur”. Aku satu atap dengan Kak Iik, Kak Siroh, Indah, Putri Nabila, Aini, dan juga Dewi. Aku berusaha untuk tertidur dengan suasana heningnya malam, tapi tetap saja aku tidak bisa tidur. Ku lirik kanan kiriku mereka tertidur lelap bahkan mungkin sudah menikmati indahnya dunia mimpi. Akhirya aku mencoba merebahkan tubuhku dan menutup mata berharap bisa tidur agar besok bisa menjalani kegiatan dengan lancar. Dan akhirnya aku pun tertidur.

Keesokan harinya aku dibangunkan oleh Indah dan melihat ada yang kurang dari kakak yang bersamaku, Lalu aku bergegas pergi ke dapur dan mengecek apakah mereka berada disana. Perkiraanku benar mereka berada disana untuk memasak . “Kak, aku tak sholat subuh dulu ya nanti gantian yang masaknya”, ucapku. “Iya dek, sampean sholat dulu aja nanti gantian” jawab Kak Siroh. Aku pun bergegas menuju masjid untuk sholat berjamaah. Sesampainya disana aku mengambil air wudhu, dinginnya air terasa menusuk kulitku. Kuberanikan diri dengan air yang dinginnya subhanaallah itu. Aku berwudhu dengan urutan yang benar tak lupa aku mengucap niatnya. Setelah itu pun aku sholat bersama Indah dimushola, tapi sayangnya kami telat kakak-kakak lainnya telah sholat subuh berjamaah. Akhirnya aku dan Indah yang akhirnya sholat subuh munfarid. Sholat subuh pun sudah kulakukan dengan khusuk bersama Indah dan segera menuju dapur untuk menggantikan Kak Siroh dan Kan Iik untuk melanjutkan memasaknya. “Kak, aku sudah selesai sholatnya, kakak biar sholat dulu sini masaknya biar aku dan indah yang melanjutkan” ucapku menghampiri Kak Siroh dan Kak Iik. “Iya dek, bentar lagi” kata Kak Iik. “Ya udah terserah, kakak yang goreng nasinya aku yang urusin bergedelnya ya” ucapku sambil membuat bergedel. Bulat demi bulat bergedel aku buat, tiba-tiba HT yang ku bawa berbunyi. “Kelompok dua masuk…” Katanya. Lalu sebagai ketua kelompok aku menjawab “Kelompok dua masuk”. “Ini kelompok tiga kekurangan nasi, ada nasi disitu? Disini ada banyak tempe” katanya. Lalu kujawab “Iya kak disini ada nasi, pas kak disini kekurangan lauk”. Ku bertanya kepada Kakak-kakak yang ada di dapur “Kak gimana kalo kita barter kelompok tiga kita kasih nasi kita barter dengan tempe?” “Boleh dek” sahut Kak Siroh. Ku raih HT didekatku lalu ku berkata “Kelompok tiga, kelompok dua mau barter?” Kelompok tiga menjawab “Boleh”. Tiba-tiba HT berbunyi “Ayo berkumpul sekarang” suara laki-laki yang taka sing bagiku. Ya dia ketua sanggah putra, Kak Zainul namanya. Lalu kujawab “Belum siap kak, yang putrid belum makan”. Lalu aku baru menyadari satu hal dari tadi yang belum mandi tinggal aku dan Kak Siroh. Akhirnya kami memutuskan untuk mandi dengan secepat kilat. Hehehe, tapi tetap bersih dan wangi kok. Ternyata di kos kelompok dua ada makan bersama antara kelompok 2 dan 3. Makan bersama ini sangat hangat terasa, bagaimana tidak sepiring dibuat berdua kebersamaan ini selalu ingin kurasakan. Setelah perut kami terisi kami bergegas menuju dapur untuk mencuci piring.

Setelah itu kami bergegas menuju kebawah, disana kita berbaris bak seorang paskib, walaupun dengan gaya kami yang tak bisa diam. Kami dikumpulkan untuk jogging bersama ke area Good view. Dijalan kami sangat bersemangat, tak lama kemudian rasa semangat serta capek kami terbayar dengan disuguhkan pemandangan bukit yang menjulang tinggi, pohon-pohon yang rindang, aliran sungai yang jernih, dan tak lupa jurang yang terjam. Entalah rasanya seperti disurga tapi ini bukan tanah surga, subhanallah seperti ini pun sudah indah apalagi surgaMu yang kau peruntukkan bagi orang yang beriman. Kami kembali kearah perkemahan untuk mempersiapkan diri menuju area bumper.

Tiba saatnya kami mempersiapkan semua peralatan yang akan kami bawa ke area bumper. Kami berpamitan kepada ibu kos kami, tak lupa kami memberikan hadiah yang bahkan tak ada apa-apanya dibanding izin yang mereka berikan untuk memakai dapurnya. Kami berpamitan rasanya masih kemaren kita berasa seperti anak kos. Hehehe. Kami berangkat menyusuri setapak tanah yang naik dan turun. “Nafas kuda tenaga banteng” kalimat itu terdengar berulang kali. Ya kalimat itu adalah semboyan untuk kami, entalah rasanya semangat itu mulai ada didalam diri kami saat seruan semboyan itu terdengar. Diperjalanan kami diberi waktu beberapa menit untuk istirahat dipos yang sudah disediakan, mungkin ada 2 pos tempat kami beristirahat. Kami melanjutkan perjalanan. Setelah sampai di area bumper kami diberi suatu tugas yaitu membangun tenda berjarak 20 kaki dari tenda yang lain dengan waktu 15 menit. Awesome. Setelah tugas itu selesai kami menikmati indahnya permadani hijau yang terbentang luas, tingginya pepohonan disana membuat suasana sangat sejuk. Setelah istirahat kami diberi tugas kembali yaitu revling, awalnya ingin mencoba karena asik sepertinya. Tapi waktu mencobanya Alhamdulillah butuh keluwesan dan keberanian yang amat besar untuk melakukannya. Sepertiku awalnya biasa, tapi waktu berada diatas aku takut terjatuh. “Gapapa dek nggak jatuh kok” Ucap Kak Zainul. “Gak berani mas, aku takut jatuh” Jawabku. “Gapapa ris ayo tak tunggu wes” Ucap Olip. “Wes dek gapapa lompat aja talinya dipegangin sama mas andi kok” Kata Kak Zainul. Setelah mendengar kalimat itu aku melirik kearah Mas Andi ya memang benar talinya dipegang, tapi rasa gemetar pada kakiku menghentikan langkahku serta menambah rasa takutku akan terjatuh. Kuberanikan memutar badan dan menurunkan satu-persatu kakiku akhirnya aku berhasil dan rasanya, aku berhasil mengalahkan ketakutanku. Yeah. Rasanya ingin aku ucap kata itu dengan sekeras-kerasnya. Setelah sampai dibawah entalah rasanya ingin naik lagi, tapi tak boleh karena jika satu naik maka semua juga harus naik. Aku pun mengalihkan pandangan kearah sungai yang ada tak jauh dari tempat revling. Bergegas aku mengambil air wudhu sebagai syarat sah sholat asharku. Setelah sholat ashar, aku masih melihat beberapa dari kami menunggu antrian revling, ya sepertiku tadi ada juga yang berhenti diatas karena takut ketinggian, tapi ada juga yang kembali karena takut ketinggian. Hehehe. Rasanya ingin aku berbicara padanya “Hei ayo lawan rasa takutmu, aku aja bisa masa kamu nggak bisa” batinku.

Perhatian ku terarah kearah sungai tempat aku mengambil air wudhu, airnya yang jernih serta segar itu adalah sumber mata air bagi rakyat mendiro. Aku, Olip, Bethari, serta Putri Nabila bermain air sungai yang segar itu sambil duduk dibebatuan. Bermain dengan jernihnya air yang mengalir dari sisi bebatuan disana. Well, setelah semua selesai revling kami berkumpul untuk beres-beres tenda yang sudah kami bangun. Mungkin kalian bingung tapi ya sebenarnya kami juga bingung, tapi ternyata kita semua tidak tidur dalam tenda itu. Sebaliknya kita kembali ke homestay yang kita sebut dengan nama kos itu. “Yaelah kak tiwas maeng pamitan wes nggak bakalan ngerepotno, ngucapno makasih yoan saiki mbalek” kata-kata itu membuat kami tertawa bagaimana tidak kami tadi sebelum berangkat sudah pamitan kepada ibu kos untuk menuju area bumper dan sekarang harus kembali ke kos lagi. Sebelum kembali ke kos kami makan siang bersama ya walaupun hanya lauk sop yang berisi potongan dadu kentang tapi jika dimakan bersama dengan tawa bahagia rasanya tak adil jika aku melewati rasa hangat kebersamaan itu. Mungkin kalian menganggapnya biasa.

Setelah makan siang selesai, kami diberi informasi untuk bergegas menuju homestay karena hari mulai malam. Diperjalanan ada seorang laki-laki berkata “Beri aku sepuluh pemuda maka akan ku guncang dunia” ternyata kata itu diucapkan oleh Kak Khasan. Lalu Pembina ketigaku, Kak Andi berkata “Beri aku sepuluh pemuda maka mereka akan selfie bersama” serentak gelegak tawa terdengar mengisi sunyi nya hutan serta perjalanan kami menuju homestay. “Tenaga kuda nafas banteng” seruan itu muncul kembali, itu tandanya kita harus bersemangat tak boleh mengeluh. Kami lanjutkan perjalanan ini dengan tawa bahagia.

Kami sampai disana digazebo segera kami meletakkan semua barang-barang kami dengan rapi. Lalu kami melaksanakan sholat ashar dengan gemericik air hujan yang membasahi kulit dengan dinginnya udara yang menusuk. Kewajiban telah selesai dilaksanakan kita berkumpul untuk melanjutkan perjalanan menuju air terjun Coban Selo Lapis. Awalnya aku dengan Indah membacanya Cogan Telo Lapis, ya biasa efek habis bedah buku yang disana kami bertemu cogan ituloh penulis buku metamorfosa, Mukhlis Said. Hehehe. Kata Cogan Telo Lapis terus ada dipikiran kami walaupun kami pulang nanti. Hahaha. Bergegas kami mengayun langkah kami menuruni anak tangga yang entah berapa jumlahnya ditemani gemericik air hujan yang membuat semua anak tangga menjadi licin. Kita harus ekstra hati-hati, ya sebab ada beberapa dari kami yang telah menerima imbas dari licinnya anak tangga terpeleset dengan air keruh berwarna coklat yang menjadi hadiah kami jika tidak berhati-hati dalam melangkah. Kegigihan serta ketakutan kami amat terasa bagaimana tidak sedaya kami berhati-hati dengan licinnya anak tangga, kami pun juga harus berhati-hati agar tidak jatuh ke jurang tepat disebelah kami. Tapi semua itu seakan terbayar sudah dengan terlihatnya air terjun yang Subhanallah indahnya, dingin serta jernih air itu. Setelah menikmati indahnya air terjun Cogan Telo Lapis eh, Coban Selo Lapis maksudku kami bergegas kembali menaiki anak tangga yang licin kembali. Ya kali ini perjuangan semakin berat, tenaga yang dipakai juga semakin besar karena kita harus menaiki anak tangga, bukan menuruni anak tangga yang kami lakukan sebelumnya. Perjalanan kami terasa sunyi hingga ada yang selalu bisa memecahkan heningnya suasana itu, ya dia bernama Putri Puspita. Baru kali ini loh aku punya temen segokil serta seasik dia, yang selalu bisa merubah suasana menjadi nyaman dan hangat dengan segala tingkah lakunya. 

Homestay telah menunggu, rasanya malu untuk kembali kesana tapi apa boleh buat. Bagaimana tidak perasaan baru tadi pagi kami berpamitan kepada ibu kos kami untuk menuju area bumper, dan meminta maaf jika telah merepotkan beliau. Tapi sekarang kami merepotkan beliau lagi, ya apadaya jika tidak tidur disana kami tidur dimana?. Kami bergantian mandi setelah mandi kita diberi waktu sampai sholat maghrib untuk istirahat. Tak terasa sholat maghrib telah kami kerjakan. Bergegas kami menuju gazebo untuk melengkapi rapor kami dengan Pak Wagisan serta Kak Devin. Setelah itu hujan turun dengan deras lebih deras dari hujan sebelumnya. Disana tak ada Kak Teguh, hanya ada kami, Pak Wagisan, Kak Devin dan Kak Andi. Tiba saatnya kita makan malam dengan masakan yang telah Kak Uda dan Kak Iik masak. Sebenarnya aku tak nafsu makan, karena mata ini sudah tak kuat menahan rasa kantuk. Setelah makan kami mencuci alat makan yang selesai kami gunakan untuk makan. Kami bergegas menuju kos, sesampainya di kos langsung kurebahkan tubuh ini yang tak kuat lagi menahan kantuk. Keesokan harinya kami harus bangun pagi-pagi karena ada upacara penutupan kemah. Selesai mengemasi barang-barang tak lupa kami berpamitan kembali dengan ibu kos kami. Kami turun kebawah lalu meletakkan tas kami diatas bongkahan kayu. Kami melaksanakan upacara penutupan lalu informasi dari Kak Teguh. Selesai sudah upacara itu bergegas kami menuju elf yang sudah menunggu kami sedari tadi. Kami naik satu persatu hingga semua bangku elf penuh. Diperjalanan terasa hening mungkin semua sudah lelah dengan kemah hari ini, atau masih ngantuk semua. Hehehe. Keheningan semakin terasa ketika kulihat beberapa dari kami tertidur lelap terkena hembusan udara yang rasanya membawa suasana kantuk yang amat berat. Aku pun juga tertidur sambil menopang magic jar yang sedari tadi berada diatas tasku. Dikala magic jar itu mau jatuh aku terbangun dari tidurku, ketata kembali agar posisinya pas. Lalu ku tidur kembali, lalu terjatuh lagi aku bangun lagi, dan seterusnya hingga aku memilih untuk bangun dari tidurku. Tak terasa sudah sampai disekolah, satu per satu kami turun dari elf.

Selesai sudah pengalaman Kemah Mendiro ini. Aku merasa senang dapat mengikuti kegiatan tersebut. Karena dapat menikmati indahnya alam yang seperti tanah surga tapi bukan tanah surga. Bersama semua orang dalam organisasi ini, menurutku jika kemah itu kemah di surga maka mereka semua adalah malaikat tanpa sayap yang mengisi kebersamaan serta kehangatan yang terasa teramat berarti dan akan menyesal apabila melewatkan satu detik saja dari moment itu. Mereka mengajarkan padaku apa itu kepemimpinan, kebersamaan, kerja sama, ketakutan, keberanian, kesedihan juga kebahagiaan yang setiap detiknya harus kita lewati dengan senyuman. Intinya aku sayang kalian semua, disini kita berorganisasi tapi menurutku ini bukan hanya ajang berorganisasi tapi juga ajang mendapat keluarga baru. Kita semua satu keluarga aku berharap dimasa depan kita dapat sukses bersama, dan tak akan melupakan Kemah Mendiro ini. Jangan lupa Cogan Telo Lapis nya juga ya. Hahaha. Ini bagaikan mimpi yang indah di musim hujan *kan sekarang lagi musim hujan*. Hingga membuatku tak ingin beranjak bangun dari mimpi itu, tapi kalian menyakinkanku bahwa itu bukan hanya sebuah mimpi belaka tapi kenyataan yang harus kita jalani bersama walaupun rasa pahit serta manisnya rintangan yang menghadang.


By Riski Salamah

 
biz.